Provokasi Politik PKI Dalam Memikat Rakyat
- Antonia Faruq
- Apr 9, 2020
- 2 min read
Gambar : DN. Aidit memimpin Kongres Nasional PKI
Kelihatannya kelompok progresif itu tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membangkitkan kembali PKI dalam waktucepat, sebelum kelompok lain termasuk pemerintahan terkonsolidasi. Akhirnya dalam Sidang Pleno CC PKI yang diselenggarakan pada 7 Januari 1951, DN Aidit bersama kliknya yaitu Lukman,Nyoto dan Sudisman, bisa mendepak Alimin dan mengambil alih kepemimpinan PKI. Aidit berusaha mengembalikan agenda besar PKI yaitu sebagai partai kader dan sekaligus partai massa yang progresif. Namun demikian propaganda sebagai partai baru dengan program Jalan Baru terus dikumandangkan untuk mencitrakan diri sebagai partai yang demokratis dan cinta damai.
Kepemimpinan Aidit yang progresif itu berhasil menyatukan kekuatan PKI yang porak poranda. Maka dalam waktu singkat beberapa organisasi kiri seperti Barisan Tani Indonesia (BTI), Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dan juga Pemuda Rakyat bisa dirangkul menjadi organ resmi PKI, selain itu berbagai organisasi profesi dan kekaryaan dibentuk untuk menunjang perjuangan PKI. Dengan menyatunya kekuatan kiri itu maka agresivitas PKI tidak terbendung lagi.
Gambar : Kampanye PKI yang diikuti kalangan masyarakat Petani dan Buruh
Aksi kekerasan memang telah menjadi sikap dan ideologi PKI, karena itu watak dasar ini sangat sulit untuk disembunyikan. Sekitar tahun 1951 berbagai perusahaan strategis baik di sektor industri mapun perkebunan serta transportasi masih di tangan Belanda, maka SOBSI dan BTI melakukan serangkaian pemogokan. Langkah itu tidak hanya mengganggu perusahaan tetapi juga mengganggu kehidupan masyarakat. Bahkan kemudian pada 5 Agustus 1951 PKI melakukan serangan terhadap Markas Brimob Tanjung Priok Jakarta. Ketika perilaku PKI sudah dianggap membahayakan keamanan negara maka Jaksa Agung dan Mahkamah Agung maupun Presiden Soekarno menyerukan dilakukan tindakan tegas terhadap semua pengacau keamanan negara.
Dengan adanya perintah itu maka aparat keamanan pemerintah melakukan penangkapan terhadap pelaku penyerbuan terhadap aparat negara itu. Terbukti beberapa CC PKI terlibat. Dengan tegas aparat kemanan menangkap beberapa tokoh penting PKI seperti DN. Aidit, Karim DP maupun Supranoto dan lain sebagainya. Selain itu beberapa Anggota DPR PKI juga ditangkap aparat seperti Ir. Sukirman, Peris Pardede, Hutomo Supardan dan lain sebagainya sebanyak 15 orang. Selain itu beberapa pimpinan PKI daerah juga ditangkap aparat keamanan. Ini menunjukkan PKI tidak serius dalam menempuh jalan baru, masih menggunakan jalan lama dan tradisi lama yaitu melakukan sabotase. Tetapi sekali lagi dengan kelihaiannya sendiri maka PKI bisa melepaskan diri dari jeratan hukum, sehingga mereka bebas kembali bahkan kemudian menuduh DI/TII yang melakukan perampokan dan penyerbuan. Untuk sementara PKI berhenti melakukan sabotase dan kembali meneriakkan propaganda Jalan baru. PKI menyatakan akan melakukan tindakan sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku dalam menjalankan agenda politiknya. Apalagi saat itu sudah mendekati Pemilu 1955 maka PKI berusaha kembali menarik simpati Masyarakat. Bahkan secara terbuka dalam HUT PKI ke 23 pada 23 Mei 1952 di Jakarta.
Gambar : Para pengurus PKI
Daftar Pustaka :
1. Buku Putih Benturan NU - PKI 1948 - 1965, oleh H. Abdul Mun’im DZ Jakarta 2013
3. Source : https://www.republika.co.id/berita/selarung/suluh/17/09/30/owxh5n282-pki-dan-agresi-militer-papua-part1
Comments