Masyumi Meradang
- Antonia Faruq
- Apr 9, 2020
- 2 min read
Updated: Apr 10, 2020
Pada tahun 1952 ini NU telah menjadi Partai sendiri setelah menyatakan keluar dari persekutuannya dengan Masyumi yang dinilai tidak adil dalam pembagian posisi baik dalam partai seperti pembagian posisi penting dalam kepengurusan, mulai dari pusat hingga daerah, malah banyak memasukkan wakil perorangan (independen). Sebagai kelompok besar NU hanya ditempatkan di Majelis Syuro, yang mengurusi masalah diniyah syariah.
Demikian juga pembagian posisi dalam Parlemen maupun dalam Kabinet pihak NU tidak diberi jabatan yang penting. Padahal NU banyak memiliki tokoh besar dan kontribusi NU pada Masyumi juga sangat besar. Selain itu banyak sekali kebijakan politik Masyumi yang jauh menyimpang dengan kebijakan politik NU, baik soal dalam negeri seperti ketidaktegasannya dalam menghadapi DI/TII, dan juga politik luar negarinya yang menyimpang saat Perdana Menteri Soekiman (Masyumi) dan menteri luar negeri A. Subadjo juga Masyumi menandatangani perjanjian Pakta Keamanan Bersama dengan Amerika (MSA) 1952 yang berarti menempatkan Indonesia ke dalam blok Amerika, yang ini menodai politik netral atau bebas aktif yang ditempuh negara Indonesia.
Pakta pertahanan itu gagal diratififikasi oleh Parlemen, sehingga Indonesia tidak jadi masuk menjadi anggota SEATO seperti Thailand dan Philipina. Melihat penyimpangan garis politik itu bagi NU sudah tidak ada alasan untuk bergabung dalam partai Masyumi, walaupun turut merintis dan mendirikannya. Dalam partai, kelompok NU hanya ditempatkan sebagai badan penasehat, sementara nasehat politiknya tidak pernah didengar, sehingga banyak terjadi penyimpangan kebijakan. Dalam Parlemen NU hanya diberi jatah 8 kursi, sementara dalam kabinet hanya dijatah satu menteri, itupun kalau kebetulan memberi, pernah sama sekali NU tidak mendapatkan porsi sama sekali. Karena perbedaan orientasi politik bahkan ideologi itulah kemudian NU keluar dari Masyumi dan menjadi Partai Sendiri yang diputuskan dalam Muktamar NU di Palembang pada Oktober 1952.
Gambar : Muktamar NU di Palembang pada Oktober 1952
1. Buku Putih Benturan NU - PKI 1948 - 1965, oleh H. Abdul Mun’im DZ Jakarta 2013
Comments